Jumat, 27 Januari 2012

Elegi Untuk Ara si pohon Ara


Ara si pohon ara,begitu dari kecil aku memanggilnya. Ara temenku seperti pohon ara yang tinggi, kokoh, dengan daunnya yang rindang berikan keteduhan buat siapa saja yang ada didekatnya. Belum lama rasanya, ara datang padaku. Tertunduk, dengan mata yang berkaca-kaca. belum satu kata yang terucap, bening air yang tertahan di matanya terhambur keluar. Deras mengalir, menetes membasahi kaos yang dipakainya. Amarah itu menggumpal, menjadi pekat untuk semakin dalam membenci sang Ayah tercinta.

Tak pernah terbayang oleh ara, kalo hubungan yang sudah akan bersambung ke pelaminan harus rusak, untuk kemudian hancur berserakan, dengan menyisakan keping luka dan deraian kesedihan mendalam bagi ara.
Ara hanya terdiam, untuk kembali tertunduk. Matanya sayu menatapku. Aku heran, tak pernah terlintas dibenak. Semua yang sudah tertata rapi, semua yang sudah lama terencana dengan baik oleh ara, harus lebur karena Ara lahir di hari yang salah, atau mungkin mas ovi lah yang memilih salah hari kelahirannya.

 Ya, tanggal lahir merekalah yang membuat orang tua Ara tidak mengizinkan mereka untuk menikah. Tanggal lahir mereka tidak sesuai, perhitungan tanggal lahir mereka tidak baik,mereka tidak cocok. bila dipaksakan akan mendapat banyak masalah yang kelak muncul bila menikah. Dengan berat hati orang tua ara tidak mengabulkan, malam saat mas ovi datang kepada ayah dan ibu ara. Mas ovi terhenyak, wajahnya terpana seolah mati rasa. Jantung ara terasa terhenti, saat kata “tidak” mencuat dari Ayahnya. Ara terlungkup membentur lantai. Mas ovi berlari  menerjang malam. 

6 tahun? bukan waktu yang singkat untuk menyatukan langkah hingga mereka akhirnya yakin untuk mengakhiri di pelaminan. tapi semua lebur, semua menguap, semua percuma dan sia-sia. hanya karena mereka lahir di hari yang dianggap tidak membawa keberuntungan buat mereka.

Tak pernah ada kabar tentang mas ovi, tak ada yang tahu keberadaannya. Bahkan orangtua mas ovi-pun berkali-kali datang bertanya tentang anak laki-laki mereka. Sejak malam itu, mas ovi seperti hilang di telan bumi. Semua teman-teman dekatnya tak satupun yang pernah bertemu. mas ovi seperti terbawa gelap malam itu. Dan  tertahan disana.
Mas ovi tak pernah kembali menemui ara.

Polisi pun akhirnya tergerak untuk mencari laki-laki yang telah menjadi cinta sejati ara. Saat hari terlewati, bulan terlampaui, mas ovi yang selalu memberi rasa bahagia buat ara tak pernah ditemukan. Orang pintar-pun seolah tak mampu membuka tabir keberadaan sang lelaki sejati milik ara itu. Entahlah, begitu banyak kabar yang beredar dan cerita yang berbisik, yang makin membuat ara tertekan. Tersudut. Dan terpasung dalam kemarahan dan kebencian pada mereka yang menyebabkan semua ini terjadi.

Ara si pohon ara, yang biasanya selalu tegar, kokoh. kini merintih dalam kerapuhan. Ara tidak bisa menerima alasan orang tuanya. Ara berontak. Jiwanya penuh gelegak, meletup-letup dan siap meletus.

"bukankah Allah tidak pernah membedakan hari?semua hari adalah baik. terlebih bulan romadhon?" ara menatapku tajam. Ya, Ara Romeisa Masura. Ara adalah pohon besar, kokoh dan rindang yang tumbuh di dekat lapangan tempat kami bermain. Romeisa adalah Romadhon bulan mei tangal sembilan,bulan dan tanggal lahir Ara. Masura adalah sang ayah. Nama yang sangat indah dan penuh makna.

"apa yang salah dengan hari lahirku?"ara meratap.

Ara lalu berguman, berguman dan terus berguman. Setiap hari setiap saat. Dan selalu seperti itu. Satu kali Ara terlihat tersenyum. Kadang tertawa lepas. Tatapannya sendu. Tapi Ara tidak lagi mengenalku. Semua yang diliatnya kosong. Ara tak bisa lagi mendengarku, karena dia tak pernah tau lagi apa yang dibicarakan orang. Ara juga tidak pernah tau lagi siapa dirinya.

Dengan penuh penyesalan dan linangan airmata, orang tua ara akhirnya memasukan ara sahabatku ke rumah khusus bagi mereka yang menderita gangguan jiwa. Letupan itu tak kuat dibendung olehnya. Menghancurkan pembuluh yang menjalar di sekujur tubuhnya. Ara menjelma menjadi raga tanpa jiwa. Jiwa itu mungkin melayang terombang-ambing mencari dan akan terus mencari belahan jiwa yang lain, jiwa yang begitu kuat di cintainya. Cinta yang sebenar-benarnya cinta, cinta yang selama 6 tahun begitu dibanggakan olehnya.

Ya, Ara si pohon ara, temen ku yang dulu tegar dan  kokoh, akhirnya tumbang jiwanya hanya karena dia lahir di hari yang salah.

Love U Ara, selalu. Walau kau tak lagi mengenalku. Kau slalu jadi sahabat terbaikku.

r32.pete

Tidak ada komentar:

Posting Komentar